Naskah Juara II Lomba Penulisan Taman Impian Jaya Ancol, Kategori A/Pelajar SMP, Tahun 2013.
Oleh Trudy
Johanna (Kelas IX, SMP Kesatuan, Kota Bogor).
(Trudy Johanna lewat Moggies memperkenalkan Sarung Tangan Warna Jingga untuk Keselamatan Pejalan Kaki pada Kidpreneur Award 2012 - Majalah Berani & Bank Permata)
Bagi anak, berbagai pengalaman bukanlah semata bermain. Melainkan
sebuah kerja untuk berkembang. Demikian pendapat seorang pendidik terkenal,
Maria Montessori (1870-1952). Catatan itu mengantar saya memasuki Taman Impian
Jaya Ancol.
Di
muka gerbang Ancol, kehidupan Jakarta ditandai tuntutan kerja keras bagi
warganya, baik yang dewasa maupun anak-anak. Melahirkan kebutuhan akan sarana
kota yang dapat menyegarkan jiwa serta menguatkan badan. Maka menjamurlah
tempat-tempat rekreasi di segala penjuru.
Tempat-tempat
rekreasi tak henti berupaya tampil istimewa, agar dipilih warga kota.
Masing-masing berlomba menawarkan pelayanan serta fasilitas yang menarik.
Seiring globalisasi, tempat-tempat rekreasi itu menjelma menjadi tujuan wisata.
Tamu dalam negeri maupun mancanegara berdatangan dalam jumlah besar.
Sebuah
tujuan wisata kebanggaan Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol, terbentang di
pesisir Jakarta. Sarat pengalaman dan prestasi, Ancol, demikian masyarakat luas
dengan akrab menyebutnya, berkibar dengan visi mejadi kawasan wisata terpadu dan terbesar di Asia Tenggara.
Pengelola
Ancol menyadari benar perlunya keterpaduan dan keseimbangan antara profit dan benefit, sebagai dasar dan tujuan operasinya. Betapa tidak? Sasaran
profit, dengan memperluas area,
wahana dan acara rekreasi di Ancol – yang ampuh meningkatkan jumlah pengunjung
serta profit, diusahakan untuk dicapai bersamaan dengan pemberian benefit berupa manfaat dan kepuasan bagi
para pengunjungnya.
Ancol
dan Keluarga Indonesia
Visi Ancol sebagai
'ikon wisata edukasi' dan misi turunannya, sejauh ini diwujudkan dengan
mengembangkan sektor-sektor rekreasi beserta acara-acara bermuatan pendidikan.
Ancol juga terus menyajikan aneka ragam kegiatan berbasis life-learning
bagi para pengunjungnya. Berupa acara seni budaya, olah raga dan ilmu
pengetahuan. Sektor
rekreasi olah raga semacam wisata air Marina, serta wisata edukasi pengetahuan
alam semacam Sea World dan Ancol Ocean Ecopark, hanyalah sebagian bukti
pencapaian misi Ancol hingga kini.
Seiring
menguatnya keberadaan Ancol sebagai tujuan wisata edukasi, saya juga melihat
hal lain. Bahwa prinsip keterpaduan dan keseimbangan antara profit dan benefit
ternyata berhasil membuat Ancol meraih kepercayaan jutaan keluarga Indonesia.
Sebagai
pilihan utama jutaan keluarga, Ancol
telah menjadi ikon wisata publik yang dipandang ramah dan memberi banyak
kenangan. Juga menjadi ikon wisata yang konsisten menyediakan aneka fasilitas
penunjang perkembangan anak-anak lewat pengalaman bermain. Ancol dipandang
mendekati sebuah lingkungan yang ramah, sebagaimana kriteria Maria
Montessori.
Taman
Impian Jaya Ancol yang telah berpengalaman hampir setengah abad dan ditunjang
oleh banyak tenaga ahli tentu sangat kompeten merencanakan kegiatan-kegiatan
serta berbagai wahana yang tepat untuk masa kini dan masa depan. Oleh karena
itu, sebagai siswa sekolah, saya memilih menyampaikan pemikiran yang berasal
dari kebutuhan seorang anak yang senang berekreasi bersama keluarga.
Ancol dan
Perkembangan Anak
Ancol sebagai tujuan
wisata kepercayaan jutaan keluarga Indonesia, seharusnya dapat pula menjadi
sarana pengenalan serta pembelajaran anak dan orang tua. Terutama tentang
berbagai hal terkait pola hidup sehat dan produktif. Ancol dengan segenap
potensi sumber daya (dana, lahan, manusia dan lingkungan) tentu mampu
melakukannya.
Ancol jelas
sanggup menjadi lingkungan yang mendidik dan ramah anak. Sebagaimana
dicita-citakan Montessori bahwa: “lingkungan haruslah kaya akan motif, minat
dan kegiatan yang mengundang anak untuk melakukan berbagai pengalaman pribadinya.”
Dua topik
khusus ingin saya kemukaan disini. Pertama, terkait kebiasaan sehat berjalan
kaki. Kedua, terkait semangat publik untuk mengujudkan Jakarta yang Ramah Anak.
Kedua hal positif itu pantas melengkapi life-learning di Ancol.
Jalur Pedestrian Kenangan
Roda kehidupan di DKI
Jakarta, domisili Ancol saat ini, selalu disesaki kemacetan-kemacetan. Terlebih
setiap jam-jam sibuk kantor dan sekolah. Meski pemerintah berupaya menambah
jumlah angkutan umum, para ahli telah menyimpulkan adanya ketergantungan
masyarakat pada penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Sebagaimana di banyak
negara maju, kebiasaan berjalan kaki diyakini menjadi salah satu alternatif
solusi kesemrawutan lalu lintas kota. Kebiasaan berjalan kaki juga mampu
menjadi pintu gerbang gaya hidup sehat masyarakat, termasuk menjadi penangkal
bahaya obesitas yang saat ini mengancam dewasa dan anak-anak.
Mengapa Ancol perlu
peduli pada kebiasaan berjalan kaki masyarakat? Apa kaitannya dengan benefit
bagi pengunjung Ancol?
Sebagaimana yang telah
kita ketahui bersama, ruang terbuka hijau masih tidak memadai luas dan
kualitasnya. Banyak anak-anak dipaksa memilih menghabiskan waktu di depan game
televisi, komputer atau ponsel, karena terbatas pilihan melakukan aktifitas
jasmani yang menyehatkan. Sebagian besar juga hidup dalam lingkungan perumahan
yang padat dan terkepung lalu lintas kendaraan bermotor yang tak ramah pada
pejalan kaki.
Kenyataan
tersebut tiba seiring pemberitaan tentang kasus obesitas pada anak-anak yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia. Di Indonesia pun
makin mudah dijumpai kasus obesitas pada anak-anak, yang memperbesar resiko
terjadinya stroke, serangan jantung dan penyakit diabetes.
Untunglah
kalangan medis meyakini obesitas pada anak-anak dapat dicegah. Utamanya dengan
mengenalkan mereka pada kebiasaan hidup sehat sejak dini. Termasuk
memperkenalkan beberapa olahraga ringan seperti jalan sehat atau jogging kepada
anak-anak.
Disinilah
muncul peluang bagi Ancol untuk mengambil peran. Menjadi fasilitas wisata
edukasi dengan benefit yang dibutuhkan anak-anak dari jutaan keluarga
Indonesia. Hanya diperlukan kepedulian dan berbagai upaya terobosan. Untuk
merealisasikan Ancol sebagai pelopor pemasyarakatan kebiasaan sehat berjalan
kaki bagi anak-anak.
Ancol dapat
terlebih dahulu meningkatkan pedestrian yang telah ada. Alangkah baik bila lalu
lintas kendaraan beroda dua maupun empat 'dikalahkan' terhadap keselamatan
pejalan kaki dan kenyamanan pedestrian.
Penambahan
fasilitas bagi pengunjung pejalan kaki, seperti lampu penerangan, lintasan
penyeberangan yang nyaman serta tempat duduk dapat segera disusulkan. Lebih
baik lagi bersamaan dengan penataan kios-kios dagang yang ramah dan akrab
terhadap pedestrian.
Setelah
itu, ditimpali sosialisasi kepada masyarakat luas. Sosialisasi tentang jalur
'Pedestrian Kenangan' di Ancol akan lebih efektif jika dilengkapi dengan
acara-acara jalan sehat. Juga dengan menghiasi berbagai sudut pedestrian dengan
aneka tanaman hias serta berbagai benda seni serta atraksi budaya.
Sekali
merengkuh gayung, dua pulau terlampaui.
Demikianlah, ada banyak keuntungan bila Ancol mendukung serta memfasilitasi
para pengunjung untuk gemar berjalan kaki. Pertama, dengan menyediakan
fasilitas berjalan kaki yang nyaman dan aman, Ancol telah menambah atraksi baru
berupa pengalaman keluarga untuk menyusur sepanjang 'Pedestrian Kenangan.'
Kedua, jutaan keluarga Indonesia akan makin yakin bahwa Taman Impian Jaya Ancol
memang mengerti kebutuhan akan kualitas hidup sehat.
Sementara itu, di pihak pengelola Ancol sendiri, setumpuk
persoalan mengenai ketersediaan lahan parkir dan mobilitas kendaraan
pengunjung, dapat terselesaikan. Ditunjang perkembangan transportasi massal
seperti Trans Jakarta, semakin banyak porsi pengunjung yang datang berjalan
kaki. Mereka yang menyadari gaya hidup mutakhir akan semakin tidak tergantung
dengan kendaraan pribadi, melainkan mengutamakan menggunakan kendaraan
umum.
Dari Ancol
Menuju Jakarta yang Ramah Anak
Selain topik kebiasaan
sehat berjalan kaki, segenap sumber daya Ancol juga dapat bersinergi membantu
program Jakarta Ramah Anak. Kebetulan, program Ancol sebagai sentra rekreasi,
serupa dengan program yang mengutamakan pemenuhan hak-hak anak tersebut.
Seperti yang kita ketahui bersama, kebutuhan tempat bermain, menjadi bagian
dari hak anak yang amat penting. Disamping kebutuhan akan kasih sayang.
Bagaimana Ancol dapat
ikut andil? Ancol dengan ruang terbuka hijau yang luas sekali, dapat
menyediakan lahannya sebagai tempat bermain yang memberi banyak pengalaman bagi
anak. Semua ruang terbuka maupun wahana di Ancol sangat bermanfaat bagi tumbuh
kembang anak.
Bahkan
lahan parkir Ancol yang diberitakan mampu menampung 9000 kendaraan ini, dapat
di tata ulang terkait dengan pengembangan jalur 'Pedestrian Kenangan' yang
disebut terdahulu. Sebagian besar lahan dapat dimanfaatkan sebagai ruang
terbuka untuk anak-anak dan keluarga. Termasuk untuk memperbanyak pembelajaran
cinta lingkungan yang selama ini gencar dilakukan di Ancol.
Juga untuk
kegiatan-kegiatan edukatif lewat acara-acara olah raga, seni budaya, dan ilmu
pengetahuan. Dalam lingkungan Ancol yang ramah anak, aneka lomba (menggambar
dan mewarnai, menyanyi dan sebagainya) tidak hanya menekankan aspek kompetitif
antar anak, melainkan juga memberi suasana akrab untuk interasi antara anak
dengan keluarga dan teman-teman sebaya. Hal ini pun sejalan dengan prinsip
pendidik Montessori yaitu menyediakan lingkungan yang
akan memampukan anak untuk berkembang dalam kebebasan.
Kenanganku
Pada akhirnya, suatu
saat, setiap melangkah meninggalkan Taman Impian Jaya Ancol, saya dan
pengunjung lain, akan selalu teringat pengalaman anak-anak dan keluarga
menyusuri sepanjang 'Pedestrian Kenangan'. Sebuah fasilitas mutakhir yang
menunjang kegiatan sehat berjalan kaki dengan rupa-rupa kelengkapan seperti
lampu penerangan, tempat duduk dan benda seni yang tertata apik.
Saya dan pengunjung
juga semakin mencintai Ancol yang mampu menjadikan setiap jengkal lahan
kawasannya sungguh-sungguh mendatangkan benefit yang berkualitas. Bahkan
semua pihak, pemerintah sekalipun, dapat menikmati Ancol sebagai kawasan
percontohan untuk program Jakarta yang Ramah Anak. Berkat tersedianya berbagai
sektor wisata dan ruang terbuka untuk bermain yang memberi pengalaman edukatif
bagi sebanyak mungkin anak Indonesia.
Pada akhirnya, dengan
pengembangan Ancol yang semakin akrab dengan kebutuhan perkembangan anak, maka
visi menjadi ikon wisata edukasi hampir pasti terujud. Oleh karena Ancol akan
sungguh-sungguh menjelma menjadi tujuan wisata yang mampu mewadahi berbagai kegiatan
edukatif. Sebagaimana dinasehatkan Maria Montessori bahwa: “Pendidikan bagi seorang anak berlangsung alamiah melalui
berbagai pengalaman dalam lingkungan.”
Bogor, 12 Mei 2013
Trudy Johanna
d/a
SMP Kesatuan, Bogor