Selasa, 14 Agustus 2012

Why Walk to School? ... cerita dari Inggris


Ini cerita dari Inggris,

... dimana sebuah inisiatif bernama LivingStreets mengelola sebuah kampanye komprehensif yang dinamai Walk to School (www.livingstreets.org.uk)













StriderWant to get in touch with the Living Streets Walk to School team? 
Email : walktoschool@livingstreets.org.uk, or call 020 7377 4900


Berikut salah satu fakta yang kami pinjam untuk kita cermati bersama. (Thanks to LivingStreets)
image description
90% of parents who walk to school tell us how important this time is for spending quality time with their children. Over a third tell us that the journey to school is where they find out the most about their child’s life.

Why walk to school?

It'll save you money. Walking to school instead of driving saves, on average, £400 per year.

It's educational. Walking to school can help your child build independence, road safety and social skills. In a study by Living Streets, 84 per cent of the children who walked to school often meet up with classmates on the way to school.
It's healthy. Children need at least 60 minutes (1 hour) of physical activity every day. The journey to and from school is an ideal time for children to be active.
It's better for the environment. One person switching five journeys of fewer than 2 km a week from the car to walking would reduce their carbon footprint by 86 kg a year.

Bagaimana anak-anak anda? Sudahkan mereka menikmati jalan sehat pergi/pulang sekolah?


Moggies tampil ke muka (bag. 2)







Moggies, yang terdiri dari Trudy dan Aislin, dibantu adik mereka Dayna, telah menyusun lini produk Moggy yang terdiri dari beberapa varian produk sarung tangan trendi MOG (MyOrangeGloves).

Tidak cuma trendi, ternyata MOG mengandung misi sosial. Moggies ingin turut mendukung kampanye peduli keselamatan pejalan kaki ... yang sebagian besar adalah teman-teman mereka - sesama pelajar (dari tingkat TK sampai SMA). Menurut Trudy dan Aislin, Moggy (selengkapnya) adalah sarung tangan trendi untuk keselamatan pejalan kaki.

Oleh sebab keunikan produk Moggy, Moggies memberanikan diri mengikuti sebuah kompetisi edukatif yang diadakan Majalah Anak BERANI.
Apalagi presentasi yang mereka telah lakukan ke berbagai pihak, membuahkan apresiasi positif dan dorongan untuk terus berkembang.

Kini mereka terpilih sebagai salah satu finalis kompetisi Kidpreneur 2012.
Bersama 9 tim lain, mereka akan belajar sekaligus berlomba menjadi 'usahawan cilik' yang mampu mengembangkan gagasan dan produk mereka untuk menjadi idaman konsumen.





Selamat untuk kesepuluh tim finalis, yang akan berlomba pada 4 - 7 September 2012 (info lengkap di www.berani.co.id).

Selamat berlomba dan membangun persahabatan sesama anak-anak Indonesia.

Untuk Trudy dan Aislin: Go Moggies ... go!

Senin, 13 Agustus 2012

Moggies tampil ke muka (bag. 1)

Go Moggies ... Go!

Dalam tulisan sebelumnya, 

Memperkenalkan MyOrangeGloves & Moggies, inisiatif produktif Pejalan Kaki Belia.

diceritakan tentang Trudy dan Aislin tergerak membantu kampanye peduli keselamatan pejalan kaki.
Di usia belia, mereka akan mengembangkan ide Sarung Tangan Jingga menjadi produk perlengkapan pejalan kaki.

Setelah membentuk grup Moggies


Mereka mulai merintis produk-produk keselamatan pejalan kaki dengan 'trademark' MyOrangeGloves, disingkat MOG



Pada tahap awal mereka mengembangkan lini produk sarung tangan jingga yang diberi nama MOGGY, yang terdiri dari beberapa varian MyOrangeGloves/MOG.

Setelah melakukan persiapan, Trudy dan Aislin kemudian melakukan beberapa presentasi. Mereka menemui pimpinan sekolah, pengajar, lembaga sosial dan kelompok warga.

(bersambung)

Zona Aman Sekolah (Bag. 2) ...Mandiri Buat Sendiri

Kebutuhan akan zona aman sekolah di tempat anak-anak anda bersekolah semakin lama semakin mendesak. Jumlah kendaraan bermotor makin bertambah, sementara sarana dan prasarana bagi keamanan dan keselamatan pejalan kaki masih belum menjadi prioritas.

Bagaimana kalau sekolah dan orangtua yang berinisiatif?
Tak perlu menunggu... buat sendiri zona aman dengan alat-alat sederhana dan berbiaya murah.


MEMBUAT 'RUANG AMAN' DI MEDIAN JALAN.

Biasanya instansi terkait mewarnai jalan dan melengkapinya dengan alat berupa 'cone' berwarna jingga.
Kita mungkin sukar mewarnai jalan (...bisa dimarahi yang 'merasa menguasainya'), tetapi kita berhak membuat alat pengganti 'cone' - yang harus dibeli dan rawan dicuri orang iseng/rakus.

Berikut ide desain yang mudah anda kerjakan sendiri. 


Membuat Pasangan Pagar 'Ruang Aman' di median jalan.



1. Ambil ban bekas... yang kebanyakan jadi limbah.

2. Cat dengan warna jingga yang mencolok.



3. Potong ban menjadi 2 bagian.

4. Buat lubang untuk tiang berwarna
    (warna apa saja, asal cukup mencolok).
    Sebaiknya tiang cukup lentur (bambu belah yang dihaluskan).

5. Hubungkan kedua tiang dengan tali/tambang/pita yang diikat kuat.




Oleh karena kebanyakan jalan umum adalah jalan dengan 2 (dua) jalur arah kendaraan,
maka anda membutuhkan sekurangnya 2  pasang pagar seperti di atas.

Kedua pasang pagar ditempatkan di tengah jalan secara segaris, dengan memberi ruang interval dengan lebar kurang lebih selebar 'zebra-cross' pada umumnya.

Selesailah perangkat minimal 'Ruang Aman' di median jalan bagi keselamatan penyeberang jalan.

Oleh karena mudah dipindahkan, maka tidak perlu ada pihak yang merasa berkeberatan dengan pembuatan dan pemasangan 'ruang aman' dimaksud.
Ini adalah inisiatif swadaya dari warga untuk meningkatkan faktor keselamatan pejalan kaki.
Bila sedang tidak banyak penyeberang jalan, maka pasangan pagar 'ruang aman' bisa disimpan kembali.

Selamat membuat dan melakukan penyempurnaan pada desain tersebut.

Mari tunjukkan kepedulian nyata pada keselamatan pejalan kaki.






Kamis, 02 Agustus 2012

Zona Aman Sekolah (Bagian 1)

Setiap sekolah yang berada di jalan raya seharusnya dibuat menjadi zona aman sekolah.
Tak pandang sekolah negeri atau swasta, besar atau kecil.
Jika dianggap berdekatan, tentu ada solusinya.
Musyawarah antar para pihak terkait adalah 'step' awal yang mutlak dilakukan.

Kenyataanya, khusus di Kota Bogor, zona aman sekolah masih tampak 'coba-coba'.
Baru beberapa lokasi sekolah negeri yang dilengkapi zona tersebut.

Apakah keselamatan siswa di sekolah lain harus ditunda sampai ada evaluasi uji coba?
Atau tergantung dan digilir sesuai penganggaran?

Masyarakat berhak atas rasa aman.
Oleh karena itu mari berswadaya membuat 'zona aman' untuk sekolah anak2 anda.

Tidak usah dengan material dan prosedur yang mahal ...
biar itu dianggarkan oleh 'pelayan masyarakat' di instansi terkait.

Prinsip zona aman sebetulnya sangat sederhana :
sebuah area yang khusus disiapkan dengan kriteria memperbesar faktor kewaspadaan,
baik dari pejalan kaki / penyeberang jalan maupun terutama dari pengendara kendaraan bermotor.
Setiap penyeberang jalan harus MUDAH MELIHAT SEMUA KENDARAAN DISEKITARNYA
dan semua pengendara harus MUDAH MELIHAT SEMUA PEJALAN KAKI, KHUSUSNYA
YANG AKAN MENYEBERANG JALAN.  

Berikut contoh 'zona aman' yang dibuat dengan uang rakyat :

















Secara ideal, pemerintah kota harus membuat zona aman untuk tiap sekolah, negeri maupun swasta.
Namun biasanya keterbatasan anggaran tersedia jadi alasan kelambatan bekerja.

Informasi umum, bila masyarakat ingin membuat penyeberangan 'zebra-cross' secara swadaya,
maka perlu meminta ijin dan menempuh prosedur yang merepotkan.
Ujung-ujungnya menunggu disetujui dan menunggu anggaran turun, atau tiba di ujung yang lain
... UUD.

Bagaimana membuat area penyeberangan di sekolah anak anda menjadi 'zona aman' secara swadaya ?
Tentu tanpa terlibat praktek pembiayaan tak resmi.

Berikut akan diajukan gagasan, yang anda bisa terapkan/sesuaikan dan kembangkan di sekolah anak
anda.
Nantikan Zona Aman Sekolah (Bagian 2)




Cara Mudah Membuat Panji (Alat) Pandu Penyeberangan Personal

Dengan bahan mika (lembaran atau berbentuk map) warna oranye/jingga, kita bisa membuat sendiri panji (alat) pandu penyeberangan untuk keperluan pribadi.

Oleh karena berbentuk lembaran, maka mudah dimasukkan dalam map/tas anda atau anak anda.

Alat bantu hanya gunting.
Bentuknya bisa mengikuti yang ada di foto, atau jiplak saja rupa tangan anda ... tinggal atur ukurannya agar tampak jelas ketika anda lambaikan saat menyeberang jalan.

Berikut foto-foto, yang sudah dipresentasikan pula ke pimpinan beberapa sekolah di Kota Bogor.

Selamat berkarya.

(ide DDLA untuk kepentingan publik, 2012)


 - alat dan bahan

- sesudah dijiplak lalu digunting

- jika dianggap perlu,
sisakan bagian samping untuk pegangan

Selasa, 31 Juli 2012

Memperkenalkan MyOrangeGloves & Moggies, inisiatif produktif Pejalan Kaki Belia.

Go Moggies ... Go!

Senang melihat Trudy dan Aislin tergerak membantu kampanye peduli keselamatan pejalan kaki.
Di usia belia, mereka akan mengembangkan ide Sarung Tangan Jingga menjadi produk perlengkapan pejalan kaki.

Oleh karena terbiasa berjalan kaki pergi dan pulang sekolah, sejak taman kanak-kanak, mereka menjadi tahu betapa menyenangkan berjalan kaki. Namun merekapun tahu betapa sulit, dan berbahaya, menyeberang jalan raya yang dipenuhi motor, mobil, angkot, gerobak, mobil jualan, bus, truk dlsb.

Sarung Tangan Jingga (SATAJI) dan Smallstep4kids.blogspot.com beberapa waktu lalu menyatakan MEMBERIKAN HAK KHUSUS pada Trudy dan Aislin untuk membuat produk-produk yang dikembangkan dari/berdasarkan citra logo Sataji (Sarung Tangan Jingga). Produk-produk Trudy dan Aislin boleh dijual, namun tidak boleh lupa pada misi awal Sataji & www.smallstep4kids.blogspot.com yakni konsisten mengkampanyekan kepedulian seluruh masyarakat pada keselamatan pejalan kaki.

Trudy dan Aislin, sejak 25 Juli 2012, telah menamakan kelompok mereka sebagai Moggies. Selanjutnya mereka mengeluarkan produk-produk dengan 'trademark' MyOrangeGloves, disingkat MOG.

Logo Sataji, berupa citra sarung tangan warna oranye adalah tetap dimiliki Sarung Tangan Jingga, sebagaimana dikenalkan di weblog ini.

Selamat berkarya untuk Trudy dan Aislin.


Go Moggies ... Go!



Lambang Dasar Sarung Tangan Jingga - Gagasan Peduli Keselamatan Pejalan Kaki :




Logo SATAJI (Sarung Tangan Jingga)















Logo MyOrangeGloves / MOG (by Trudy, Aislin and Dayna) :