Kamis, 30 Mei 2013

Sepanjang Pedestrian Kenangan, Dari Ancol Menuju Jakarta Yang Ramah Anak

Naskah Juara II Lomba Penulisan Taman Impian Jaya Ancol, Kategori A/Pelajar SMP, Tahun 2013.

Oleh Trudy Johanna (Kelas IX, SMP Kesatuan, Kota Bogor).
(Trudy Johanna lewat Moggies memperkenalkan Sarung Tangan Warna Jingga untuk Keselamatan Pejalan Kaki pada Kidpreneur Award 2012 - Majalah Berani & Bank Permata)


Bagi anak, berbagai pengalaman bukanlah semata bermain. Melainkan sebuah kerja untuk berkembang. Demikian pendapat seorang pendidik terkenal, Maria Montessori (1870-1952). Catatan itu mengantar saya memasuki Taman Impian Jaya Ancol.

Di muka gerbang Ancol, kehidupan Jakarta ditandai tuntutan kerja keras bagi warganya, baik yang dewasa maupun anak-anak. Melahirkan kebutuhan akan sarana kota yang dapat menyegarkan jiwa serta menguatkan badan. Maka menjamurlah tempat-tempat rekreasi di segala penjuru.

Tempat-tempat rekreasi tak henti berupaya tampil istimewa, agar dipilih warga kota. Masing-masing berlomba menawarkan pelayanan serta fasilitas yang menarik. Seiring globalisasi, tempat-tempat rekreasi itu menjelma menjadi tujuan wisata. Tamu dalam negeri maupun mancanegara berdatangan dalam jumlah besar.

Sebuah tujuan wisata kebanggaan Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol, terbentang di pesisir Jakarta. Sarat pengalaman dan prestasi, Ancol, demikian masyarakat luas dengan akrab menyebutnya, berkibar dengan visi mejadi kawasan wisata terpadu dan terbesar di Asia Tenggara.

Pengelola Ancol menyadari benar perlunya keterpaduan dan keseimbangan antara profit dan benefit, sebagai dasar dan tujuan operasinya. Betapa tidak? Sasaran profit, dengan memperluas area, wahana dan acara rekreasi di Ancol – yang ampuh meningkatkan jumlah pengunjung serta profit, diusahakan untuk dicapai bersamaan dengan pemberian benefit berupa manfaat dan kepuasan bagi para pengunjungnya.


Ancol dan Keluarga Indonesia

Visi Ancol sebagai 'ikon wisata edukasi' dan misi turunannya, sejauh ini diwujudkan dengan mengembangkan sektor-sektor rekreasi beserta acara-acara bermuatan pendidikan. Ancol juga terus menyajikan aneka ragam kegiatan berbasis life-learning bagi para pengunjungnya. Berupa acara seni budaya, olah raga dan ilmu pengetahuan. Sektor rekreasi olah raga semacam wisata air Marina, serta wisata edukasi pengetahuan alam semacam Sea World dan Ancol Ocean Ecopark, hanyalah sebagian bukti pencapaian misi Ancol hingga kini.

Seiring menguatnya keberadaan Ancol sebagai tujuan wisata edukasi, saya juga melihat hal lain. Bahwa prinsip keterpaduan dan keseimbangan antara profit dan benefit ternyata berhasil membuat Ancol meraih kepercayaan jutaan keluarga Indonesia.

Sebagai pilihan utama jutaan keluarga, Ancol  telah menjadi ikon wisata publik yang dipandang ramah dan memberi banyak kenangan. Juga menjadi ikon wisata yang konsisten menyediakan aneka fasilitas penunjang perkembangan anak-anak lewat pengalaman bermain. Ancol dipandang mendekati sebuah lingkungan yang ramah, sebagaimana kriteria Maria Montessori. 

Taman Impian Jaya Ancol yang telah berpengalaman hampir setengah abad dan ditunjang oleh banyak tenaga ahli tentu sangat kompeten merencanakan kegiatan-kegiatan serta berbagai wahana yang tepat untuk masa kini dan masa depan. Oleh karena itu, sebagai siswa sekolah, saya memilih menyampaikan pemikiran yang berasal dari kebutuhan seorang anak yang senang berekreasi bersama keluarga.



Ancol dan Perkembangan Anak

Ancol sebagai tujuan wisata kepercayaan jutaan keluarga Indonesia, seharusnya dapat pula menjadi sarana pengenalan serta pembelajaran anak dan orang tua. Terutama tentang berbagai hal terkait pola hidup sehat dan produktif. Ancol dengan segenap potensi sumber daya (dana, lahan, manusia dan lingkungan) tentu mampu melakukannya.

Ancol jelas sanggup menjadi lingkungan yang mendidik dan ramah anak. Sebagaimana dicita-citakan Montessori bahwa: “lingkungan haruslah kaya akan motif, minat dan kegiatan yang mengundang anak untuk melakukan berbagai pengalaman pribadinya.”

Dua topik khusus ingin saya kemukaan disini. Pertama, terkait kebiasaan sehat berjalan kaki. Kedua, terkait semangat publik untuk mengujudkan Jakarta yang Ramah Anak. Kedua hal positif itu pantas melengkapi life-learning di Ancol.


Jalur Pedestrian Kenangan

Roda kehidupan di DKI Jakarta, domisili Ancol saat ini, selalu disesaki kemacetan-kemacetan. Terlebih setiap jam-jam sibuk kantor dan sekolah. Meski pemerintah berupaya menambah jumlah angkutan umum, para ahli telah menyimpulkan adanya ketergantungan masyarakat pada penggunaan kendaraan bermotor pribadi.

Sebagaimana di banyak negara maju, kebiasaan berjalan kaki diyakini menjadi salah satu alternatif solusi kesemrawutan lalu lintas kota. Kebiasaan berjalan kaki juga mampu menjadi pintu gerbang gaya hidup sehat masyarakat, termasuk menjadi penangkal bahaya obesitas yang saat ini mengancam dewasa dan anak-anak.

Mengapa Ancol perlu peduli pada kebiasaan berjalan kaki masyarakat? Apa kaitannya dengan benefit bagi pengunjung Ancol?

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ruang terbuka hijau masih tidak memadai luas dan kualitasnya. Banyak anak-anak dipaksa memilih menghabiskan waktu di depan game televisi, komputer atau ponsel, karena terbatas pilihan melakukan aktifitas jasmani yang menyehatkan. Sebagian besar juga hidup dalam lingkungan perumahan yang padat dan terkepung lalu lintas kendaraan bermotor yang tak ramah pada pejalan kaki.

Kenyataan tersebut tiba seiring pemberitaan tentang kasus obesitas pada anak-anak yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia. Di Indonesia pun makin mudah dijumpai kasus obesitas pada anak-anak, yang memperbesar resiko terjadinya stroke, serangan jantung dan penyakit diabetes.

Untunglah kalangan medis meyakini obesitas pada anak-anak dapat dicegah. Utamanya dengan mengenalkan mereka pada kebiasaan hidup sehat sejak dini. Termasuk memperkenalkan beberapa olahraga ringan seperti jalan sehat atau jogging kepada anak-anak.

Disinilah muncul peluang bagi Ancol untuk mengambil peran. Menjadi fasilitas wisata edukasi dengan benefit yang dibutuhkan anak-anak dari jutaan keluarga Indonesia. Hanya diperlukan kepedulian dan berbagai upaya terobosan. Untuk merealisasikan Ancol sebagai pelopor pemasyarakatan kebiasaan sehat berjalan kaki bagi anak-anak.

Ancol dapat terlebih dahulu meningkatkan pedestrian yang telah ada. Alangkah baik bila lalu lintas kendaraan beroda dua maupun empat 'dikalahkan' terhadap keselamatan pejalan kaki dan kenyamanan pedestrian.

Penambahan fasilitas bagi pengunjung pejalan kaki, seperti lampu penerangan, lintasan penyeberangan yang nyaman serta tempat duduk dapat segera disusulkan. Lebih baik lagi bersamaan dengan penataan kios-kios dagang yang ramah dan akrab terhadap pedestrian.

Setelah itu, ditimpali sosialisasi kepada masyarakat luas. Sosialisasi tentang jalur 'Pedestrian Kenangan' di Ancol akan lebih efektif jika dilengkapi dengan acara-acara jalan sehat. Juga dengan menghiasi berbagai sudut pedestrian dengan aneka tanaman hias serta berbagai benda seni serta atraksi budaya.

Sekali merengkuh gayung, dua pulau terlampaui. Demikianlah, ada banyak keuntungan bila Ancol mendukung serta memfasilitasi para pengunjung untuk gemar berjalan kaki. Pertama, dengan menyediakan fasilitas berjalan kaki yang nyaman dan aman, Ancol telah menambah atraksi baru berupa pengalaman keluarga untuk menyusur sepanjang 'Pedestrian Kenangan.' Kedua, jutaan keluarga Indonesia akan makin yakin bahwa Taman Impian Jaya Ancol memang mengerti kebutuhan akan kualitas hidup sehat.

Sementara itu, di pihak pengelola Ancol sendiri, setumpuk persoalan mengenai ketersediaan lahan parkir dan mobilitas kendaraan pengunjung, dapat terselesaikan. Ditunjang perkembangan transportasi massal seperti Trans Jakarta, semakin banyak porsi pengunjung yang datang berjalan kaki. Mereka yang menyadari gaya hidup mutakhir akan semakin tidak tergantung dengan kendaraan pribadi, melainkan mengutamakan menggunakan kendaraan umum. 


Dari Ancol Menuju Jakarta yang Ramah Anak

Selain topik kebiasaan sehat berjalan kaki, segenap sumber daya Ancol juga dapat bersinergi membantu program Jakarta Ramah Anak. Kebetulan, program Ancol sebagai sentra rekreasi, serupa dengan program yang mengutamakan pemenuhan hak-hak anak tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama, kebutuhan tempat bermain, menjadi bagian dari hak anak yang amat penting. Disamping kebutuhan akan kasih sayang.

Bagaimana Ancol dapat ikut andil? Ancol dengan ruang terbuka hijau yang luas sekali, dapat menyediakan lahannya sebagai tempat bermain yang memberi banyak pengalaman bagi anak. Semua ruang terbuka maupun wahana di Ancol sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.

Bahkan lahan parkir Ancol yang diberitakan mampu menampung 9000 kendaraan ini, dapat di tata ulang terkait dengan pengembangan jalur 'Pedestrian Kenangan' yang disebut terdahulu. Sebagian besar lahan dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka untuk anak-anak dan keluarga. Termasuk untuk memperbanyak pembelajaran cinta lingkungan yang selama ini gencar dilakukan di Ancol.

Juga untuk kegiatan-kegiatan edukatif lewat acara-acara olah raga, seni budaya, dan ilmu pengetahuan. Dalam lingkungan Ancol yang ramah anak, aneka lomba (menggambar dan mewarnai, menyanyi dan sebagainya) tidak hanya menekankan aspek kompetitif antar anak, melainkan juga memberi suasana akrab untuk interasi antara anak dengan keluarga dan teman-teman sebaya. Hal ini pun sejalan dengan prinsip pendidik Montessori yaitu menyediakan lingkungan yang akan memampukan anak untuk berkembang dalam kebebasan.

Kenanganku

Pada akhirnya, suatu saat, setiap melangkah meninggalkan Taman Impian Jaya Ancol, saya dan pengunjung lain, akan selalu teringat pengalaman anak-anak dan keluarga menyusuri sepanjang 'Pedestrian Kenangan'. Sebuah fasilitas mutakhir yang menunjang kegiatan sehat berjalan kaki dengan rupa-rupa kelengkapan seperti lampu penerangan, tempat duduk dan benda seni yang tertata apik.

Saya dan pengunjung juga semakin mencintai Ancol yang mampu menjadikan setiap jengkal lahan kawasannya sungguh-sungguh mendatangkan benefit yang berkualitas. Bahkan semua pihak, pemerintah sekalipun, dapat menikmati Ancol sebagai kawasan percontohan untuk program Jakarta yang Ramah Anak. Berkat tersedianya berbagai sektor wisata dan ruang terbuka untuk bermain yang memberi pengalaman edukatif bagi sebanyak mungkin anak Indonesia.

Pada akhirnya, dengan pengembangan Ancol yang semakin akrab dengan kebutuhan perkembangan anak, maka visi menjadi ikon wisata edukasi hampir pasti terujud. Oleh karena Ancol akan sungguh-sungguh menjelma menjadi tujuan wisata yang mampu mewadahi berbagai kegiatan edukatif. Sebagaimana dinasehatkan Maria Montessori bahwa: “Pendidikan bagi seorang anak berlangsung alamiah melalui berbagai pengalaman dalam lingkungan.”

Bogor, 12 Mei 2013
Trudy Johanna 
d/a SMP Kesatuan, Bogor